Pasang Iklan Gratis!


Promosi Blog & Pasang Iklan GRATIS

Senin, 30 November 2009

PKL

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Pertunjukan Untuk Keponakanku

Kalau pulang ke rumah setelah kerja, aku suka melepaskan semua pakaian kerjaku setelah masuk pintu, lalu berjalan-jalan di dalam rumah hanya memakai bra dan celana dalam. Setelah itu, biasanya aku akan mandi tanpa menutup pintu kamar mandi dan keluar kamar mandi setelah selesai dalam keadaan telanjang sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Kalau tidak malas, aku akan memakai celana dalam dan bra atau gaun malam saja tanpa celana dalam dan bra. Tapi kalau malas, aku akan membiarkan tubuhku telanjang, lalu aku akan mulai makan, nonton TV ataupun bersantai. Aku juga suka tidur dengan pakaian yang sexy dan minim. Pernah aku tidur tanpa memakai pakaian sama sekali.

Dua bulan yang lalu, aku kedatangan tamu dari Semarang. Tamu itu adalah keponakanku sendiri. Umurnya baru 17 tahun, dia anak dari kakak laki-lakiku yang paling bungsu. Dia datang di saat liburan sekolahnya. Aku sangat gembira menyambutnya. Dia kusuruh tinggal di kamar sebelah kamar tidurku. Hari-hari awal semuanya berjalan seperti normal, tetapi satu minggu kemudian, ada yang sedikit aneh. Pakaian dalamku sering kutemukan tidak pada tempat dan urutannya. Kadang-kadang sedikit tidak rapi. Ada timbul kecurigaan kalau keponakanku itu memainkan pakaian dalamku, sebab kalau tidak siapa lagi. Kadang-kadang ada pakaian dalamku yang hilang lalu besoknya ditemukan kembali ditempatnya semula. Aku mulai merasa kalau keponakanku memiliki obsesi seks tentang aku.

Suatu malam aku memutuskan untuk menguji keponakanku. Selesai mandi, aku segera mengambil celana dalam g-string warna merah dengan renda-renda yang sexy dan kukenakan. Setelah itu, aku memilih sebuah gaun malam berwarna pink dengan bahan satin. Gaun malam itu semi transparan, jadi tidak akan transparan bila dilihat dari dekat, tetapi akan menampakkan lekuk tubuhku bila ada latar cahayanya. Panjang gaun malam itu hanya 10 cm dari selangkanganku. Di bagian pundak hanya ada 2 tali tipis untuk menggantung gaun malam itu ke tubuhku. Bila kedua tali itu diturunkan dari pundakku, dijamin gaun malamku akan meluncur ke bawah dan menampakan tubuhku yang telanjang tanpa halangan.

Setelah itu, aku keluar ke ruang keluarga tempatku menonton TV dan segera duduk menonton TV. Mula-mula aku berusaha duduk dengan sopan dan berusaha menutupi selangkanganku dengan lipatan kakiku. Tak lama kemudian, keponakanku keluar dari kamarnya dan duduk di sebelahku. Sepanjang malam itu, kami berbincang-bincang sambil menonton TV, tetapi aku tahu kalau dia diam-diam mencuri lihat tubuhku lewat sudut mataku. Kadang-kadang aku menundukan badanku ke arah meja di depan seolah-olah menjangkau sesuatu yang akhirnya mempermudah dia melihat payudaraku lewat leher bajuku yang longgar. Tak lama kemudian, aku mencoba lebih berani lagi. Aku mengubah posisi tempat dudukku sehingga kali ini pakaian tidurku bagian belakang tersingkap dan memperlihatkan pantat dan tali g-string di pinggangku. Dari ujung mataku aku bisa melihat kalau keponakanku melihat bagian itu terus. Anehnya, aku mulai merasa terangsang. Mungkin ini akibat dari masa mudaku sebagai seorang eksibisionis.

Sejenak kemudian aku pergi ke kamar kecil. Sengaja pintu kamar mandi tidak kututup sampai rapat, tetapi menyisakan sedikit celah. Dari pantulan tegel dinding, aku melihat bayangan keponakanku muncul di celah pintu dan mengintipku, walaupun saat itu aku membelakangi pintu. Setelah itu, aku menundukan kepalaku, pura-pura konsentrasi pada g-stringku agar dia tidak kaget. Kemudian aku membalikkan badanku, mengangkat gaun malamku dan menurunkan celana dalamku di depan matanya. Aku tidak tahu bagaimana rasa seorang lelaki melihat hal ini, tetapi dari banyak yang kudengar, sebetulnya lelaki paling menyukai saat ini yaitu pada saat perempuan mulai membuka pakaiannya.

Dengan tetap menunduk, aku berjongkok dan menyemburkan air kencingku. Aku yakin dengan posisi seperti ini, keponakanku ini akan sangat menikmati pemandangan vaginaku yang mengeluarkan air kencing. Ini juga salah satu yang kudengar bahwa lelaki suka melihat perempuan kencing. Setelah kencingku selesai aku kembali berdiri, membetulkan g-stringku lalu kuturunkan gaun tidurku. Setelah itu, aku membalikan badanku lagi sambil membetulkan g-stringku bagian belakang. Sebetulnya aku memberikan kesempatan kepada keponakanku untuk pergi tapa terlihat aku. Benar saja, lagi-lagi dari pantulan tegel dinding aku melihat bayangan keponakanku menjauh ke arah ruang keluarga. Setelah semua selesai, aku kembali ke ruang keluarga dan berlagak seolah-olah tidak ada apa-apa.

Saat aku berjalan ke arah sofa, aku melihat kalau muka keponakanku merah, Dalam hatiku aku tertawa karena teringat masa laluku sebagai eksebisionis. Waktu itu, semua laki-laki yang memandangku saat aku sedang "Beraksi" juga memperlihatkan reaksi yang sama. Untuk menghilangkan rasa gugupnya, aku melemparkan senyum kepadanya, dan dibalas dengan senyum yang kikuk. Setelah itu, aku kembali duduk di sofa dengan posisi yang lebih sopan dan melanjutkan acara nonton TV dan bincang-bincang kami. Tak lama kemudian, aku memutuskan untuk tidur, karena saat itu jam 11.30.

Saat di dalam kamar, aku membaringkan tubuhku di tempat tidur. Gaun malamku yang tersingkap saat aku naik ke tempat tidur kubiarkan saja sehingga memperlihatkan g-string yang kupakai. Tali gaun tidurku sebelah kiri merosot ke siku tangan juga tidak kuperbaiki sehingga puting payudaraku sebelah kiri nongol sedikit. Aku mulai menikmati kalau diintip oleh keponakanku di kamar mandi tadi. Mulai besok aku merencanakan sesuatu yang lebih enak lagi.

Keesokan harinya adalah hari Minggu, jadi besoknya aku bangun dengan posisi pakaian yang tidak karuan. Setelah membetulkan tali bahu gaun malamku, aku keluar kamar. Di luar kamar, aku bertemu dengan keponakanku yang sudah bangun. Dia sedang menonton acara TV pagi. Aku menyapanya dan segera di balas dengan sapaannya juga. Setelah itu, aku mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Lagi-lagi pintu kamar mandi tidak kututup rapat. Seperti dugaanku, keponakanku kembali mengintipku. Aku kemudian membuka gaun malamku sehingga aku hanya mengenakan g-string. Gaunku itu kuletakan di tempat cucian. Setelah itu, dengan hanya memakai g-string, aku berdiri di depan wastafel dan menggosok gigiku. Saat menggosok gigi, payudaraku bergoyang-goyang karena gerakan tanganku yang menyikat gigi.

Keponakanku pasti melihatnya dengan jelas karena aku sudah mengatur posisi tubuhku agar dia dapat menikmati pemandangan ini. Setelah selesai, aku kemudian membuka g-stringku. Sementara g-stringku masih kupegang di tangan, aku kemudian kencing sambil berdiri. Air seniku kuarahkan ke lantai. Setelah itu, aku siram dan aku masuk ke tempat shower. Tempat shower itu sengaja tidak kututup juga. Aku kemudian mandi seperti biasa, tetapi saat menyabuni badan, aku menyabuni dengan perlahan-lahan. Gerakan tanganku kubuat sesensual mungkin. Bagian payudara dan vaginaku kusabuni agak lama. Setelah membilas badanku, aku masih melanjutkan acara mandi sambil diintip dengan mencuci rambut. Selesai semua itu, aku kemudian mengeringkan badan dan rambut, lalu melilitkan handuk di tubuhku. Sekilas aku melihat dari pantulan tegel dinding kalau keponakanku sudah pergi. Aku kemudian keluar dari kamar mandi.

Saat keluar aku melihat keponakanku duduk di depan TV sambil menikmati acara TV. Aku tahu sebetulnya dia hanya pura-pura. Mukanya merah seperti kemarin sewaktu habis mengintipku kencing. Aku kemudian masuk kamar tidurku. Pintu kamar tidurku kali ini tidak kututup rapat pula dengan harapan keponakanku akan mengintip baju. Lewat pantulan cermin di lemari pakaianku, aku melihat kalau bayangan keponakanku ada di depan pintu. Dia mengintipku lagi. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kubuka lilitan handukku sehingga aku telanjang bulat. Setelah itu, dengan handuk itu, aku terus mengeringkan rambutku yang basah sementara aku terus menuju ke meja rias.

Di meja rias, aku mengambil blower dan dengan blower itu, aku mengeringkan rambutku. Setelah kering, aku menuju ke lemari kemudian mengambil celana transparan yang berwarna putih. Setelah memakainya, aku kemudian mengambil sebuah strapless bra warna putih (bra yang tali bahunya bisa di lepas, tetapi kali ini aku tidak melepasnya) dengan kawat penyangga payudara di bagian bawah cupnya dan memakainya pula. Kemudian aku mengambil jubah pendek dari bahan satin berwarna putih dan kupakai. Setelah menalikan tali jubah itu ke pinggangku aku merapikan rambutku lagi sebelum keluar. Dari pantulan cermin aku melihat kalau bayangan keponakanku sudah tidak ada.

Setelah itu, aku keluar kamar dan menyiapkan makan pagi untuk kami berdua. Keponakanku saat itu sudah di kamar mandi untuk mandi. Perkiraanku, di kamar mandi dia tidak cuma sekedar mandi, tetapi pasti memakai gaun malam dan g-stringku sambil mastubasi membayangkan badanku. Aku tertawa dengan geli karena merasa berhasil merangsang keponakanku. Saat membayangkan rasanya diintip saat mandi dan ganti baju, cairan kewanitaanku terasa mengalir di sela-sela vaginaku. Aku sendiri betul-betul terangsang.

Saat makan pagi siap dan keponakanku selesai mandi, aku menyuruhnya makan bersama. Saat makan, jubah satin yang kupakai melonggar di bagian leher, tetapi aku pura-pura tidak tahu. Aku tahu kalau keponakanku memperhatikan bra yang terlihat akibat bagian leher yang terus melonggar. Setelah makan selesai, aku membereskan piring sementara keponakanku duduk di sofa membaca buku. Setelah aku merasa semua sudah beres, aku kemudian mengajaknya untuk jalan-jalan menikmati liburannya.
Sejak hari itu, aku selalu bermain kucing-kucingan dengan keponakanku. Kubiarkan dirinya mengintipku saat mandi, kencing atau ganti baju. Aku juga membiarkannya mencuri dan memakai pakaian dalamku sepanjang dia mengembalikannya baik ke lemariku maupun ke tempat cucian.

Aku pura-pura tidak tahu kalau dia melakukan semua itu. Hanya saat aku melakukan masturbasi saja yang tidak kubiarkan dia mengintip. Lagi pula biasanya aku melakukan masturbasi di malam hari saat hendak tidur. Sebetulnya ini karena aku malu menunjukkan kepadanya kalau aku sedang terangsang. Aku sangat menikmati situasi ini sampai saat dia harus pulang kembali ke Semarang, aku mengatakan kepadanya kalau aku sangat menyukai perhatiannya. Maksudku adalah aku suka diintip olehnya. Entah dia mengerti maksudku atau tidak, tetapi dia juga mengatakan kalau dia sangat menikmati liburan ini. Aku berharap untuk liburan selanjutnya, keponakanku mau datang lagi agar aku bisa menunjukan tubuhku lagi kepadanya.

Pengalaman ini sungguh indah dan menyegarkan masa laluku. Kalau ada kesempatan, aku akan berusaha untuk mengulanginya lagi hanya saja aku sekarang lebih suka diintip.

Sumber : ceritadewasa.info

Kakak Tiriku Afif

Namaku Rendy. Masalah rumah tangga memang sangat rumit untuk dijelaskan. Sudah semenjak aku SD, kedua orang tuaku bercerai. Dan ibuku nikah lagi dengan seorang pria duda. Dia punya 3 anak cewek. Jadinya aku punya saudara tiri 3 orang. Akupun mulai tidur dalam satu kamar dengan kakak tiriku yang umurnya lebih dari 1 tahun dari aku. Aku saat itu sama sekali tak faham masalah sex. Namun hal itu berubah setelah aku mulai mengenal dari temen-temenku yang punya novel-novel 17+.

Awalnya aku tak punya perasaan ama kakak tiriku ini. Tapi melihat perlakuan ibuku kepadanya aku jadi kasihan melihatnya. Dan tanpa terasa perasaan cinta itupun akhirnya tumbuh. Aku sering membantu dia dalam segala urusan agar tidak kena marah ibuku. Sebab tahulah bagaimana anak tiri. Kami masih bermain bersama, dan terkadang saling membantu.

"Mbak Afif udah punya pacar?", tanyaku.

"Masih SMP koq ngobrolin pacar", jawabnya.

"Berarti belum punyakan?",tanyaku.

"Iya".

"Kalau mbak jadi pacarku gimana?"

"EH? Ada-ada saja kau, akukan kakakmu".

"Akukan juga yang selalu melindungi mbak, aku cinta sama mbak, Aku kasihan melihat mbak diperlakukan seperti itu ama ibu"

Mbak Afif nggak menjawab.

Aku pun tak habis pikir, apakah mbak Afif marah terhadapku atau tidak. Hingga kemudian di saat tidur (kami masih sekamar) aku ingin menunjukkan rasa sayangku. Aku pertama kali memanggilnya. "Mbak? sudah tidur?"

Ia tak menjawab, berarti ia sudah tidur.Aku tertuju ama celana pendeknya yang menantang. Entah kenapa aku sangat terangsang sekali. Aku saat itu baru saja khitan. Jadinya terasa sekali geli ketika penisku konak. Aku coba cium pahanya, ia tak bergeming, hingga kemudian aku menciumi seluruh tubuhnya bagian belakang.Akupun memeluknya dari belakang sambil sesekali meremas payudaranya. Aku tak bisa melihat ekspresinya karena ia tidur membelakangiku.

Paginya aku bangun sendirian di atas tempat tidur. Celaka, berarti mbak Afif sudah bangun!! Aku segera bangun dan melihat keadaan. Ibuku dan Ayahku sudah pergi bekerja, sebab mereka memang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami. Dan saat itulah aku secara tak sengaja berpapasan dengan mbak Afif yang berdiri di luar kamar. Ia bersandar di dinding dan menatapku.

"Dek Rendy, kenapa adek cinta kepada mbak?", tanyanya.

"Aku cinta banget sama mbak, aku tak ingin mbak berpisah denganku", jawabku.

"Dek Rendy terlalu baik ama mbak", tampak air mata membasahi pipinya.

Aku mendekat ke arahnya dan kuberanikan diri untuk mengusap air matanya. Entah momen romantis itu kudapat dari mana, tapi tak terasa mbak Afif jatuh dalam pelukanku. Mungkin karena mbak Afif sendiri tak punya tempat untuk berteduh di keluarga baru ini. Kedua kakaknya sudah pergi sendiri-sendiri, yang satu kuliah, yang satu lagi sudah berkeluarga. Dan di rumah ini tak ada yang bisa mengayomi dia selain diriku.

Entah siapa yang memulai kami yang masih berusia 15 tahun ini mulai berciuman. Bibirnya sangat seksi, dan entah siapa yang memulai aku mulai berani meremas payudaranya.

"Ke kamar yuk dek!", ajaknya.

Kami pun ke kamar. Padahal hari itu harusnya kami sekolah. Tapi kami malah bercumbu di kamar. Awalnya kami hanya berciuman dan bercumbu. Akupun ingat dengan adegan video porno yang pernah aku tonton. Video pornonya adalah video porno jepang. Rasanya ingin kupraktekkan, mumpung ada lawan mainnya.

"Mbak, tahu nggak mbak", tanyaku.

"Apa Ren?"

"Seluruh tubuhku ini sekarang menjadi milik mbak, mbak ingin apapun dariku aku bisa berikan?"

"Gombal", katanya. "Udahan yuk, masa' kita nggak masuk sekolah hari ini? Ntar ayah ibu curiga lho".

Aku menciumnya lagi. "Aku sungguh-sungguh".

Mbak Afif, diam agak lama, "Aku belum pernah melakukannya Ren".

"Sama mbak, tapi aku tahu caranya".

Akupun perlahan-lahan melepaskan baju kakak tiriku. Dan kakak tiriku pun melepaskan bajuku, hingga pada CD-nya ia agak kikuk. Aku melepaskan BH-nya, tampak dua buah dada yang padat dan montok terlihat di depanku. Putingnya berwarna pink, dan kulitnya berwarna putih. Belum pernah terjamah. Karena mbak Afif malu untuk melepas CDku akpun melepasnya sendiri. Dan ia agak kaget melihat penisku yang sudah berdiri tegang. Akupun merebahkannya di atas ranjang. Kuturunkan pelan-pelan CD-nya, ia hanya melihat seluruh aksiku saja. Maklum ia baru pertama melakukannya.

"Coba mbak pegang punyaku!", pintaku sambil kujulurkan penisku kehadapannya.

Ia memegangnya. OOhh......enak banget. "Dikocok mbak!", pintaku. Ia pun mengocoknya pelan. Enak banget dikocok oleh tangan cewek yang masih perawan. Akupun tak tinggal diam meraba memiawnya. Kuelus, kupijat dan kugesek-gesek. Kulihat mbak Afif juga merem melek. "Sudah mbak cukup, ntar malah aku yang keluar duluan".

Akhirnya ia melepaskan remasannya. Kalau diteruskan aku bisa-bisa sudah orgasme duluan. Aku nggak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

Lalu aku meremas dadanya, kuhisap, kujilat. Mbak Afif mendesah pelan. Ia benar-benar menikmatinya. Gantian aku permainkan puting susunya, kiri kanan-kiri kanan. Lalu aku menuju ke bawah, pusarnya kujilati, dan akhirnya sampai di bulu-bulu tipis. Kucium aroma khas wanita. Lalu lidahku bermain disana.

"Aahkkk.....Ren....akh...geli",kata mbak Afif. Ia mencengkram kepalaku sambil pahanya mengapit kepalaku. Ia tak kuasa dan berteriak, "REENN....AAKKHH..., sudah ren plisss". Tapi aku masih terus dan terus. Dari vaginanya pun mulai basah oleh lendir kewanitaan. Hingga kemudian akupun menyudahinya. Nafasnya memburu dan tersengal-sengal.

"Enak mbak?", tanyaku.

"Iya ren, enak banget", jawabnya.

"Gantian mbak, sekarang punyaku yang mbak isep", kataku.

Mbak Afif menurut, Aku berlutut dan ia duduk. Di isapnya punyaku. Maklum ia belum pro, jadi langsung dimasukan ke mulutnya dan disedot.

"Jangan gitu mbak", kataku.

"Gimana Ren? Punyamu baunya aneh", jawabnya.

"Punyamu juga, dijilati dong, dikasih ludah, trus ujungnya dikulum seperti permen trus dikocok pake mulut", kataku.

Ia pun mengiyakan. Dilakukannya apa yang kuinstruksikan. Dan akhirnya, ia pun melakukannya. Dijilatinya ujungku sampai telurnya. Diludahinya punyaku lalu dikulum ujungnya dan diisap. Sambil itu ia kocok dengan mulutnya dan sesekali dengan tangannya ia mengocok sambil menghisap. Aku tak kuasa menahan ini. Ingin rasanya aku meledak di mulutnya, tapi aku tahan sebisanya.


"Udah mbak, udah cukup", kataku.

"Punyamu mengeluarkan sesuatu Ren, asin rasanya. Kamu pipis ya?", tanyanya.

"Nggak mbak, maklum itu tadi sedikit mani keluar. Habis mbak jago sih", jawabku.

ia tersenyum, "Aku rela koq Ren kalau seandainya kamu pipis di mulut mbak".

Perkataannya itu membuatku terangsang. Dan aku pun sudah berada di atasnya sekarang. Kami dalam posisi standar.

"OK, mbak, ini agak sakit, aku juga belum pernah melakukannya", kataku.

"Lakukan aja Ren, mbak ikhlas koq", katanya.

Punya mbak Afif sudah basah, punyaku juga basah. Dan saat itulah aku memasukkannya, sreett.....ughh...ujungnya aja seret. Lagi, sreettt...., tampak mbak Afif menahan sakit dengan mencengkram pundakku. Aku mencoba memompa maju mundur agar lebih mudah, dan penisku seperti diremas-remas dengan kuat, Akupun akhirnya bisa masuk semua ....blesss. Masuk semua rasanya lebih enak. Dan penisku masih seperti diremas-remas. Kali ini remasannya lebih kuat dari sebelumnya.

Akupun menggoyang maju mundur. Mbak Afif diam saja menerima seranganku. Nikmat banget, baru kali ini aku bercinta, dan ini dengan saudara tiriku sendiri. Aku terus menerus menghujam penisku , dan tak terasa mbak Afif pun menikmatinya, aku bisa merasakan pantatnya di sodokkan ke depan dan cengkramannya makin kuat. Aku tak tahan lagi nih.

"Mbak, aku ...ma...u...ke...luar...., sudah mentok di ujung", kataku.

"Ren..., mbak juga rasanya mau pipis....", katanya.

"Disemprotin di mana nih mbak?", tanyaku.

"Di dalem aja Ren, mbak ikhlas punya anak darimu", katanya.

"Makasih mbak...ooooohhh......", akupun menyemprot di dalam rahimnya. Banyak sekali, punyaku sampai berkedut-kedut. Akupun menindih kakakku. Dada kami bertemu dan kutatap wajahnya. Tampak air mata membasahi pipinya.

"Kenapa mbak?", tanyaku.

"Nggak apa-apa Ren. Rendy benar-benar cinta sama mbak kan?", tanyanya.

"Iya mbak, kalau mbak mau Rendy akan balas dendam ke mama", jawabku.

"Balas dendam?", tanyanya heran.

"Iya, atas perbuatan mama ke mbak", entah apa yang aku pikirkan kala itu. Kami pun tak lama tertidur. Aku memeluk mbak Afif dalam tidurku.

Jam menunjukkan pukul 12 siang ketika aku bangun. Mbak Afif masih dalam pelukanku. Nikmat sekali percintaan kami barusan. Aku membangunkan mbak Afif.

"Mbak udah jam 12 nih", kataku.

Ia bangun dan tersentak. "Wah, iya, mbak belum nyiapin makanan buat nanti sore". Ia mau meninggalkan ranjang, tapi aku menahannya.

"Ada apa Ren?", tanyanya.

"Hisepin dulu mbak", kataku sambil memperlihatkan punyaku yang tegang setelah bangun tidur.

"Ah adik mbak ini, kalau sudah ada kesempatan, pinginnya", katanya sambil tersenyum.

Aku berdiri dan mbak Afif berlutut, Ia menghisapi penisku, mengulumnya, mengocoknya. Aku hanya mendesah, Ia lakukan sangat profesional, mungkin setelah pengalaman tadi ia sedikit ahli, walaupun ia sedikit kasar ketika mengocoknya dnegan tangan. Kurasakan giginya sedikit mengenai penisku yang membuatku makin greng.

"Sedikit lagi mbak, mau nyampe", kataku sambil memegang kepalanya. Dan memang tak berapa lama kemudian, Muncratlah mani itu di mulut kakakku. Mbak Afif menghentikan aktifitasnya. Ia hanya mengocok punyaku dan ia berdiri. Punyaku tampak sedikit menetes air mani sisa-sisanya. Ia ludahkan spermaku ke tangannya.

"Nih, spermamu Ren, hangat kental, amis dan asin", katanya. "Mbak mau muntah rasanya, tapi demi Rendy, mbak rela koq melakukannya"

Akupun memeluk mbak Afif. Akupun sudah mulai punya rencana untuk balas dendam ke ibuku yang jahat.


Sumber : ceritadewasa.info

Minggu, 29 November 2009

Adiku Merengut Perawananku

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.